Pesan Ayah

Penatnya kehidupan memaksa jiwa kreatif untuk berjalan melalui pergerakan detik jam dinding. Memikirkan bagaimana menjalani kehidupan penuh arahan namun penghasilan tidak sesuai harapan, lagi dan lagi pikiranku bergerak cepat memikirkan pendapatan. Karya Tulis rongsokan yang hanya aku simpan di dalam galeri terpaksa aku sebar luaskan agar mendapatkan sesuap makanan. Berikut Karya Tulis yang aku buat dikala penatnya perjalanan hidup di ibu kota:

Penjelajah Waktu

Karya: David Hartono

Pukul 2 subuh waktu Indonesia bagian paling terdalam. Hati dan pikiran hendak menyatakan isinya. Aku coba menelaah namun tak nyata, ini hanyalah kenangan yang belum diterima. Terbangun dan menafsirkan seluruh keluh kesah hari ini.

Teringat kembali masa lalu saat duduk di bangku kursi SMA. Esse adalah kertas tembakau pertama yang kuisap dan kubakar disaat jatuh cinta. Berkenalan dan menjalin hubungan dengan rekayasa kepastian dimasa depan. Dan, umur kami yang terukur jauh tidak menjamin aku tidak jatuh hati. Memulai hubungan dengan apik hingga mengundang mimpi ingin dicapai. Alhasil, perlakuan serta kebohongan yang membanting hati hingga hancur berkeping-keping. Memang rekayasa tetaplah rekayasa.

Pikiran ingin kembali kepermukaan namun aku tenggelam. Tenggelam lagi dalam kesalahan yang sama. Kembali ke panggung permainan melihat didepan kamera pemain orang gila. Aku duduk dibelakang layar membawa sebatang lisong dan menghisap dalam-dalam diiringi tangisan sang rembulan hingga membuat bingung siapa yang gila sebenarnya ?

Akhir-akhir ini aku belajar mencintai seseorang disaat hatinya sudah ada yang menjajah, sempat ingin menggoda karena aku tau tak ada pria yang lebih baik dariku apalagi persoalan royal. Aku tau harta hanyalah titipan Tuhan namun aku dititipkan sedikit lebih banyak untuk dibelanjakan oleh calon ibu rumah tangga.

Namun, pikiran dan hati serentak menahan dan melihat tidak ada umpan balik yang indah dari atas langit. Aku bukanlah burung yang dapat terbang jauh ke angkasa, aku hanyalah ikan yang sempat mencoba terbang namun tak digapai, hanya dilihat dan tak pernah kembali disapa.

Penjelajah waktu bisa apa? Hanya mencoba hal baru untuk menjual tuisan hariannya, kembali belajar menenggelamkan diri hingga berdarah menelaah yang baik dan buruk untuk dipublikasikan, sesekali kepermukaan hanya untuk mengambil sesuap angina segar namun terkadang mati tenggelam dalam kenangan manis hingga perlu dibangunkan oleh ciuman hangat sang mentari.

Tulisan ini kubuat tanpa nama, pemilik nama akan memahami. Nama hanyalah titipan orang tua, bukanlah sebuah jaminan masuk surga. Terimakasih kepada mereka yang telah menyapa namun menghilang. Aku hanya ingin mengingatkan, aku tidak pernah menyesal apalagi memutuskan untuk lompat dari lantai 2 karena rumahku tidak memiliki 2 lantai.

Aku sayang kalian dan rindu untuk berbincang bersama kembali. Salam sayang

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Single Face - Triple Wall

Apa itu Flute/Medium ?

Mengenal Bahan Packaging